Apakah gula memberi makan kanker serta bagaimana pengaruhnya terhadap kemoterapi? Cek selengkapnya di sini!

- Sabtu, 18 Maret 2023 | 09:18 WIB
Hubungan antara konsumsi gula dan pertumbuhan kanker serta dampaknya dalam pengobatan kemoterapi. (Pexels/ Tijana Drndarski dan Ivan Samkov)
Hubungan antara konsumsi gula dan pertumbuhan kanker serta dampaknya dalam pengobatan kemoterapi. (Pexels/ Tijana Drndarski dan Ivan Samkov)

Hops.ID - Kamu mungkin pernah mendapatkan imbauan untuk tak mengonsumsi Gula terlalu banyak karena dapat memicu pertumbuhan kanker di kemudian hari.

Terlebih lagi, konsumsi Gula yang setiap harinya sulit untuk dihindari malah semakin mendekatkan kita pada anggapan yang menyebut bahwa Gula mendorong pertumbuhan kanker.

Namun demikian, dalam tulisan ini akan menjawab secara gamblang terkait anggapan yang menyatakan bahwa Gula dapat memicu pertumbuhan kanker tertentu.

Baca Juga: Jadwal babak semifinal All England 2023 hari ini, tiga wakil Indonesia hadapi China

Gula sendiri sebenarnya selalu kita jumpai pada beberapa makanan penutup, roti, dan donat.

Selain itu, Gula juga sering dipakai sebagai pemanis dalam beberapa minuman, seperti jus buah, susu, dan yoghurt.

Apa koneksi antara konsumsi Gula dan kanker?

The American Cancer Society (ACS) menjelaskan bagaimana penyakit kronis seperti obesitas dapat memicu perkembangan kanker

Baca Juga: Kapan waktu yang tepat untuk berolahraga di bulan Ramadhan? Begini penjelasan lengkap agar tak ganggu puasa

Seperti dilansir dari Healthline oleh Hops.ID pada Sabtu, 18 Maret 2023, ada beberapa jenis kanker yang dapat disebabkan oleh obesitas, di antaranya adalah sebagai berikut.

Obesitas erat kaitannya dengan peningkatan resistensi terhadap insulin serta diabetes tipe 2 yang ternyata dapat memicu pertumbuhan kanker tertentu.

Baca Juga: Indah Permatasari nangis tanpa suara lihat ibunya dimaki, Nursyah malah pamer: Saya berjuang, berani utang...

Meskipun begitu, tak sepenuhnya Gula memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kanker tersebut.

Hal ini karena faktor-faktor seperti lemak tubuh, kondisi peradangan komorbiditas, dan pengaruh hormon yang biasa disebut sebagai adipokin.

Halaman:

Editor: Alfiyah Rizzy Afdiquni

Sumber: Healthline

Tags

Artikel Terkait

Terkini