Hops.ID - Berkunjung ke suatu tempat, takkan lepas dari wisata kuliner daerahnya. Rasanya gak afdol kalau belum nyicip kuliner khas daerahnya.
Terkhusus kalau kamu datang ke Bandung dengan segudang rekomendasi kuliner yang sering dipublikasi para influencer, pasti pada akhirnya bikin kamu bingung mau kemana.
Mengingat Bandung lekat dengan icon Parijs Van Java dan jajakan bangunan-bangunan Belanda yang masih dirawat di pusat kota, tahu tidak ternyata ada beberapa toko yang masih beroperasi dari zaman Belanda hingga saat ini.
Baca Juga: Ketemu selingkuhan suaminya, istrinya nyapa baik-baik, pelakornya malu-malu: Dari sini udah ada firasat
Selain dapat merasakan cita rasa kulinernya, kamu juga dapat menelusuri sejarah toko atau restoran tersebut.
Beberapa guide lokal pun biasanya merekomendasikan beberapa toko atau restoran restoran legendaris ini kepada wisatawan yang dibawanya.
Yuk simak 21 daftar toko dan restoran legendaris yang ada di Bandung.
1. Toko Roti dan Kuweh 'Sidodadi' - 1954

Baca Juga: Status hukum berubah, LPSK tolak perlindungan terhadap AG dalam kasus penganiayaan David Ozora
Dikenal dengan toko roti jadul, toko Sidodadi terletak dekat dengan pusat kota Bandung, atau lebih tepatnya di jalan Otto Iskandardinata no. 255, Bandung.
Tempatnya yang kecil dan sederhana, membuat toko roti legenda tersebut sering terhalang mobil yang parkir di area itu.
Toko Sidodadi memiliki banyak varian roti jadul, gorengan dan kue basah. Hanya saja Toko yang masih mempertahankan interior toko yang klasik, dikenal dengan rotinya yang empuk dan murah.
Baca Juga: Hantu momo dan ajakan kematian lewat WhatsApp
Roti jagung yang manis dan melting seharga 4.200 rupiah. Beberapa menu roti lain seperti roti keju, roti mocha, bakso sapi dan aneka rasa lainnya hanya merogoh kocek dibawah 10.000 rupiah saja.
Toko roti yang berada di kawasan kepatihan ini, cocok menjadi opsi jajan murah dan kenyang di antara rentetan alternatif jajanan mall setempat.
Tidak ada area makan ditempat, setelah mengantri dan mengambil pesanan roti pilihan kamu, kamu bisa terus mengitari area King yang baru saja dibangunan ulang atau Toserba Yogya yang tak jauh dari Toko Sidodadi berada.
Baca Juga: Niat ujian kenaikan sabuk ektrakurikuler silat, 23 orang hilang di hutan! Diduga ikuti aliran sesat
2. Rasa Bakery and Cafe - 1936

Bertahan lama dengan menu ice creamnya yang bercitarasa tinggi, Rasa Bakery and Cafe dulunya bernama Hazes yang populer pada 1936 di kota Bandung.
Nama Rasa Bakery and Cafe sendiri dimulai tahun 1968 dengan berganti kepemilikan yang sebelumnya milik seorang keturunan Belanda, kemudian dibeli oleh Ny. Kamarga yang merupakan warga negara Indonesia.
Menempati jalan Tamblong no. 15, Toko sekaligus kedai ini banyak dikunjungi karyawan kantor yang sedang istirahat makan siang.
Baca Juga: Kutukan anak laki-laki, cerita seorang guru merawat paman-paman yang alami kejanggalan
Jangan lewatkan menu ice cream seperti Coconut Royale dan Hawaian Love Song, karena ini menjadi menu andalan dari awal tempat ini masih dipegang orang Belanda.
Pengelola juga mengklaim kalau ice cream yang dijual di tempatnya dibuat dari bahan baku susu sapi segar yang didatangkan langsung salah satu sentra susu murni di kota Bandung.
Selain menjual beberapa cake, interior Rasa Bakery dan Cafe diperluas dan menampilkan suasana santai dan nyaman.
Pelayanan yang cepat dan terarah menjadi keunggulan tempat ini. Siapkan uang sekitar 50.000-100.000 untuk cobain beragam menu yang ditawarkan.
Baca Juga: Punya tanaman lidah buaya di rumah? Manfaatkan dengan membuatnya jadi sabun yang dapat dipakai sehari-hari
3. Djie Seng - 1974

Bagi wargi kota Bandung, kota Cimahi dan sekitarnya mungkin takkan asing dengan penjual roti keliling dengan gerobak sepeda berwarna kuning.
Selain dijual keliling Roti Djie Seng juga dijual di tempat produksinya salah satunya yang berlokasi di jalan Astana Anyar no. 13.
Baca Juga: Viral batita asal Jepang, Sutan membuat perkedel kentang Imomochi, intip resep sekaligus kepiawaiannya di sini
Tidak seperti toko roti umumnya, lokasi produksi roti ini memfasilitasi pelanggan untuk duduk nyaman dengan interior bangunan tua yang didukung dengan ornamen jendela, tembok maupun pintu dengan disain kuno khas tionghoa.
Pemilik roti Djie Seng ini, baru baru ini meninggal dunia saat pandemi covid-19 pada januari 2022 lalu di rumah sakit Santosa. Setelah itu toko tutup dalam 14 hari.
Saat ini, toko roti Djie Seng yang sedang mengalami perbaikan baik mulai dari tambahan menu roti bakar dan kopi, Djie Seng tetap menjual roti jadul dan selai yang menjadi andalannya sejak lama.
Baca Juga: 4 Resep camilan manis kekinian yang praktis untuk sajian Lebaran, bisa dibuat tanpa oven dan mixer
Kalau mampir ke Djie Seng, coba beli roti susu dengan isian susu bertekstur crunchy manis gurih atau roti smoke beef, rori dengan isian smoke beef dan potongan keju yang enak dimakan saat masih hangat.
Harga roti sekitar 4.000 rupiah sampai 20.000 rupiah. Toko buka dari jam 6 pagi hingga 8 malam. Khusus sabtu minggu toko buka hingga pukul tengah malam.
4. Sumber Hidangan - 1929

Baca Juga: 6 destinasi kafe di Bandung yang cocok untuk pecinta buku
Toko roti yang berada di kawasan Braga ini sudah dikelola oleh generasi ke tiganya, yang sebelumnya bernama
Het Snoephuis lantas kemudian setelah beberapa tahun namanya menjadi Sumber Hidangan.
Didukung oleh kawasan Braga yang dikenal dengan julukan Parijs van Java, toko roti Sumber Hidangan mempertahankan interior yang tidak berubah sejak awal berdiri pada tahun 1929.
Bukan hanya furnitur, toko roti yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda ini juga mempertahankan produk roti yang mereka buat.
Seperti roti tawar kismis salah satunya, tekstur roti yang agak keras kering dan padet tetap enak dimakan dan ngenyangin.
Baca Juga: Tak tahan dengan bau menyengat rumah seorang single mom anak dua, Auri Katariina: Literally baunya dimana-mana
Kalau kamu mau tahu rasanya roti zaman Belanda, Toko Sumber Hidangan adalah salah satunya, agak sulit untuk ditemui sebab tak ada penanda toko.
Maka, sebagaimana kebanyakan pengunjung Braga, kamu harus berjalan kaki menelusuri setiap jengkal jalannya. Sampai tiba di toko roti ini, mungkin akan sedikit canggung karena pajangan roti di etalase sangat sedikit.
Sebab variannya tidak lebih banyak saat zaman kepopulerannya. Dipastikan mayoritas pengunjung merupakan pelanggan lama, atau kerabat terdekat mereka saja.
Selain roti, ada es krim yang rasanya lebih mirip es puter, benar-benar tak jauh dari penggambaran kuliner di masa kecil.
Artikel Terkait
10 Tempat kuliner legendaris khas Malang, dari rawon hingga rujak cingur
Mencicipi kuliner lokal Bipang khas Ambawang Kalimantan, netizen pertanyakan agama chef Renatta Moeloek
4 Rekomendasi kuliner khas Pangkalpinang, wisatawan wajib coba!
4 Rekomendasi kuliner makan siang di Mangga Besar, Nex Carlos: Ini badabest!
Nasib terbaru Angga Wijaya usai cerai dari Dewi Perssik, lagi dekat sama cewek hingga bangun bisnis kuliner