Hops.ID - Tunanetra atau penyandang disabilitas di China akan memiliki akses luas ke buku-buku bacaan berkualitas. Kebijakan ini didasarkan pada isi Perjanjian Marrakesh Internasional di negara tersebut.
Upaya memfasilitasi akses buku bacaan yang diterbitkan untuk orang-orang tunanetra ini menarik liputan luas sejumlah media di China.
Sebelumnya, tercatat bahwa Negara China memiliki 17,3 juta orang dengan gangguan penglihatan, dan jumlah pembaca dengan disabilitas tunanetra yang bahkan lebih banyak lagi.
Baca Juga: Yang luput diberitakan media Barat mengenai penanganan wabah di Korea Utara
Perjanjian Marrakesh sendiri merupakan perjanjian hak asasi manusia pertama dan satu-satunya yang memiliki hak cipta, dan secara resmi mulai berlaku di China pada 5 Mei 2022.
Pakar mengatakan hal ini adalah langkah praktis yang diadopsi China untuk memperluas lingkup perlindungan hak asasi manusia, dalam memberi mereka [tunanetra] akses yang setara pada aspek budaya dan pendidikan.
Bagi orang-orang Tunanetra, cara paling efektif untuk belajar tentang budaya dan menerima asupan pendidikan adalah dengan membaca karya dalam huruf Braille, cetakan besar, versi audio, dan format lain yang dapat diakses.
Baca Juga: Dalam suasana duka atas pembunuhan wartawan Al Jazeera, warga Palestina peringati Hari Nakba ke-74
Zhao Xiuling, selaku wakil kepala divisi manajemen hak cipta di bawah Departemen Publisitas Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, membuat pernyataan akan diperluasnya akses bacaan berkualitas bagi penyandang Tunanetra, saat konferensi pers yang diselenggarakan virtual.
Artikel Terkait
Sedih! Pria tunanetra ini kena denda Rp50 ribu karena pakai masker dibawah hidung
Inspiratif! 2 Bersaudara penyandang tunanetra di Australia mahir bermain skateboard
Jokowi hadiri KTT ASEAN AS, China ultimatum pemimpin Asia: Hati-hati perang dingin
AS mau guyur dana ke ASEAN untuk hadapi sengketa maritim China, begini tanggapan Menlu RI