Hops.ID - Bantuan persenjataan dari berbagai negara yang terus mengalir ternyata seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Baru-baru ini armada udara di Ukraina terlibat perdebatan soal drone yang disediakan Turki-AS dinilai tak lagi mampu melawan kekuatan Rusia.
Dalam sebuah wawancara, seorang pilot Ukraina mengatakan, drone serang MQ-1C Gray Eagle milik AS dan Bayraktar TB-2 Turki kini tidak berguna, karena makin canggihnya pertahanan udara yang dikerahkan Rusia.
Pejabat Ukraina dan AS juga sepakat soal semakin kuatnya persenjataan pasukan Rusia dalam memperkuat pertahanan udaranya.
Alhasil mereka menyebut Grey Eagle bisa dengan mudah dijatuhkan oleh Rusia dan hanya bertahan dalam satu atau dua misi tempur saja.
Baca Juga: Denise Chariesta berkunjung ke Komnas Perempuan, merasa dilecehkan Razman Nasution
Pasalnya, drone yang dipersenjatai rudal hellfire ini hanya bisa mencapai target dengan jangkauan 5 mil jauhnya. Jika dibandingkan dengan apa yang dimiliki Rusia, drone ini jelas tidak sebanding.
“Sistem mereka (Rusia) bekerja pada skala yang lebih besar. Radar peringatan dini mereka bekerja. Pertahanan udara mereka bekerja. Jadi kehilangan Eagle Grey adalah kemungkinan nyata untuk pertahanan berlapis tersebut,” ucap Samuel Bendet, penasehat lembaga CNA.
Pilot tempur Ukraina juga membenarkan soal rentannya drone ini jika harus berhadapan dengan persenjataan Rusia.
“Sangat berbahaya menggunakan drone mahal seperti itu dalam kasus kami karena pertahanan udara musuh. Ini bukan Afghanistan,” ucap salah satu pilot Ukraina.
Artikel Terkait
AS beri izin Israel bombardir Suriah sejak lama, Rusia sebut tak terima karena hal ini
Rusia beberkan nasib 7000 tentara asing yang berjuang di Ukraina, hampir dua ribu personel tewas
Geram AS pasok senjata senilai USD 40 miliar ke Ukraina, Rusia peringatkan konfrontasi militer langsung
Rusia hancurkan 3.709 kendaraan tempur hingga 216 depot senjata, pasukan Ukraina panik
Rusia-Lithuania bersitegang soal Kaliningrad, perang dengan NATO di depan mata
Polandia Lithuania terseret konflik dengan Rusia, AS dituding jadi dalangnya