Hops.ID - Ekonomi global kini sangat dekat dengan resesi. Hal tersebut, menurut Presiden Bank Dunia-David Malpass, terjadi karena inflasi tetap tinggi, suku bunga naik, dan beban utang yang meningkat menghantam negara berkembang.
"Kami telah menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 dari 3 persen menjadi 1,9 persen untuk pertumbuhan ekonomi, dan itu sangat dekat dengan resesi," kata Malpass pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, dilansir Hops.ID dari Xinhua, Senin 17 Oktober 2022.
"Semua masalah yang diperhatikan publik, seperti masalah inflasi, kenaikan suku bunga, dan pemutusan aliran modal ke negara berkembang, itu sangat memukul orang miskin," katanya lagi, saat menyoroti penumpukan utang negara-negara berkembang.
Baca Juga: Serikat pekerja Korea Selatan protes atas rencana latihan perang yang dirancang Amerika Serikat
"Itu adalah resesi dunia yang bisa terjadi dalam keadaan tertentu," kata Malpass.
Dalam sebuah penelitian yang dirilis pertengahan September, Bank Dunia memperingatkan bahwa ketika bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, dunia mungkin akan menuju resesi global pada tahun 2023, dengan perkiraan pertumbuhan hanya 0,5 persen.
Presiden Bank Dunia menjabarkan pada saat konferensi pers bahwa pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan sebesar 1,1 persen per tahun.
Baca Juga: Ribuan massa buruh di Afrika Selatan melakukan protes atas inflasi dan biaya hidup tinggi
"Jadi jika pertumbuhan dunia jauh lebih lambat, itu berarti [taraf hidup] orang-orang akan menurun," kata Malpass.
Artikel Terkait
Perang bikin ekonomi Rusia dan Ukraina menyusut, begini prediksi Bank Dunia
Bank Dunia ingatkan krisis pangan global akibat perang Rusia dan Ukraina, banyak negara terlilit utang
Program Kartu Prakerja dapat apresiasi dari Bank Dunia hingga UNESCO, dinilai mampu mendorong adult learning
Waspada, Bank Dunia peringatkan potensi resesi global bersamaan kenaikan suku bunga