Hops.ID - Presiden AS Joe Biden menguraikan langkah-langkah yang diambil AS untuk menanggapi krisis iklim, Jumat 11 November 2022. Joe Biden juga meminta maaf atas penarikan Trump dari Perjanjian Paris 2015.
Presiden AS Joe Biden kemudian mengeluarkan seruan untuk tindakan global dalam memerangi krisis iklim. Dia menyebut krisis iklim ini sebagai ancaman bagi kehidupan planet bumi.
Pada konferensi iklim PBB COP 27 di Mesir, Joe Biden juga menunjukkan inisiatifnya untuk membantu negara-negara berkembang, termasuk Afrika dalam menghadapi krisis lingkungan.
Baca Juga: Darurat krisis iklim: Akankah negara-negara kaya yang berpolusi membayar ganti rugi?
"Transisi energi mereka [negara berkembang], membangun jalan menuju kemakmuran yang sesuai dengan keharusan iklim kita,” kata Biden, dilansir Hops.ID dari Al Jazeera, Sabtu 12 November 2022.
“Jika negara lain dapat membiayai batu bara di negara berkembang, tidak ada alasan mengapa kami tidak dapat membiayai energi bersih di negara berkembang,” katanya lagi.
Pada hari Jumat 11 November 2022, ia juga mengumumkan uang muka sebesar 150 juta USD untuk mendukung upaya adaptasi di seluruh Afrika.
Baca Juga: Penting banget! Ini temuan sains terbaru tentang perubahan iklim, dikaji pakar PBB
Selain itu, Joe Biden meminta maaf atas keputusan pendahulunya Donald Trump. Diketahui Trump meninggalkan Perjanjian iklim Paris 2015.
Joe Biden juga mengatakan Washington akan memenuhi kewajibannya berdasarkan pakta untuk mengurangi emisi pada tahun 2030.
“Sejak hari pertama saya menjabat, pemerintahan saya telah mengusung agenda berani untuk mengatasi krisis iklim, dan meningkatkan keamanan energi di dalam negeri dan di seluruh dunia,” kata Joe Biden.
Baca Juga: Ribuan warga Palestina turun ke jalan, lakukan aksi solidaritas atas pembunuhan 6 orang di Nablus
“Kami segera bergabung kembali dengan Perjanjian Paris. Kami mengadakan KTT iklim besar, dan saya minta maaf, kami [AS] pernah menarik diri dari perjanjian," katanya lagi.
Sebagai informasi bahwa AS adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedua di dunia setelah China, dan merupakan yang terbesar dalam sejarah.
Artikel Terkait
Ini alasan mengapa kita layak menaruh perhatian pada bahaya krisis iklim
Greenpeace UK: Darurat krisis iklim adalah warisan kolonialisme
Hikmah dari Vanuatu, salah satu negara yang paling rentan terhadap krisis iklim
Studi ilmiah ini menyatakan dunia di ambang bencana besar akibat krisis iklim
PBB peringatkan penghuni planet bumi sedang menuju bencana krisis iklim
Darurat krisis iklim: Akankah negara-negara kaya yang berpolusi membayar ganti rugi?